Selasa, 27 Januari 2015

Pemakaman Sederhana Sang Raja Kaya

Kehidupan dan kematian terus berlalu dalam dunia ini, orang kaya, orang miskin, raja, rakyat, semua akan mati. Apa bedanya kematian orang kaya dan orang miskin? di negeri kita mungkin kita sering melihat makam-makam mewah orang kaya atau tokoh masyarakat dan kita juga melihat makam-makam orang biasa yang sederhana saja. Demikian juga acara-acara sesudah kematian, biasanya orang kaya mengadakan semacam selamatan dan memberi makanan atau bingkisan untuk pesertanya tentu saja terlihat kemewahannya.
Namun lain halnya dengan Kerajaan Saudi Arabia, masyarakatnya sebagian besar melaksanakan ajaran Islam yang masih murni, makam-makam rapi seragam, tidak ada beda raja dengan rakyat, kaya dan miskin. Menunjukkan Islam mengajarkan kesederhanaan dan kebersamaan dan mudahnya syariat Islam. Tidak ada ritual-ritual yang merepotkan maupun melelahkan atau celah untuk pamer kekayaan.

Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz (90 tahun), setelah wafatnya pada Jum’at 23-01-2015, – sama seperti warga muslim lainnya, tanpa prosesi penuh kemewahan, diurus jenazahnya sesuai syariat Islam. Diawali dengan proses pemandian, jenazah raja yang dilaporkan memiliki kekayaan sekitar US$ 20 miliar atau Rp 249,5 triliun ini kemudian dipakaikan dua lembar kain kafan. Selanjutnya, orang-orang mengiringi jenazah ke Masjid Agung Imam Turki bin Abdullah di Riyadh untuk sholat jenazah di sana. Mufti Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh bertindak sebagai imam dalam pelaksanaan sholat jenazah sang Raja. Setelah itu, jenazah dibawa ke pemakaman Al-Oud untuk dibaringkan di makamnya. Jasad Raja Abdullah diturunkan ke liang lahat dan ditimbun tanah berpasir. Tanpa ada sedikitpun tanda kemewahan. Semoga Allah memberikan rahmat dan pahala kepadanya atas kebaikan yang telah dilakukannya untuk Islam dan kaum muslimin.

Tak ada tembakan senjata ke langit, tak ada terompet dan nyanyian. Anda tak akan melihat ratapan, teriakan atau suara gendang, tak pula rakyat yang ngalap berkah. Tentu saja, dengan kekayaannya, sang raja sangat mampu membangun istana megah di kuburnya itu sebagai lambang keperkasaan, seperti kubur-kubur mewah di dunia.

Tetapi tidak, biarlah sang raja yang telah menghafal al-Qur’an saat berumur 10 tahun dan menghafal matan kitab-kitab tauhid dan mutun ilmiah lainnya itu seperti rakyatnya di tempat dan tanah yang sama.

Tak ada semen, tak ada marmer atau keramik-keramik mahal yang menyelimuti tanah gundukannya. Hanya dua papan kayu yang menghujam.

Tak ada nama dan tulisan bahwa kuburnya adalah kuburan seorang raja. Semua kuburan berbentuk dan berukuran sama. Tak ada pemakaman khusus. Semuanya sama disejajarkan dengan para rakyat jelatanya.

Sungguh, semuanya sunyi dari keharaman dan begitu sederhana untuk kuburan seorang pemimpin.

Terima kasih wahai pelayan kaum muslimin seluruh dunia. Engkau berjasa dan di akhir hayatmu engkau telah mengajarkan sebuah kesederhanaan. . .

———
sumber dari gemaislam.com
dan tulisan Fachriy Aboe Syazwiena yang dibagi oleh Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar