Arab Saudi dulu merupakan kerajaan miskin. Sebagian penduduknya adalah masyarakat Badui yang hidup nomaden. Sebagian lagi menjalankan pertanian yang hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Pendapatan kerajaan terutama melalui perputaran uang yang terjadi saat ibadah haji. Namun keadaan berubah saat minyak ditemukan di wilayah timur Arab Saudi (pesisir Teluk Persia) pada 1938.
Sejak 1922, Inggris sudah mencari sumber minyak di Teluk Persia. Pada 1927, Amerika Serikat (AS) mulai terlibat dalam pencarian tersebut. Diantara perusahaan AS yang ikut mencari sumber minyak di Teluk Persia adalah Standard Oil of California (Socal). Socal saat ini telah berganti nama menjadi Chevron. Socal merupakan salah satu perusahaan pecahan dari Standard Oil. Standard Oil sendiri didirikan oleh John D. Rockefeller pada 1870 di Ohio.
Pada masanya, Standard Oil merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia dengan jejaring bisnis hingga Tiongkok dan Timur Tengah. Standard Oil menguasai bisnis minyak dari hulu sampai hilir, mulai dari penambangan, pengiriman, penyulingan, sampai dengan penjualan. Pada 1911, Mahkamah Agung AS menyatakan bahwa Standard Oil melakukan monopoli yang melanggar hukum. Standard Oil kemudian dipecah menjadi beberapa perusahaan, diantara perusahaan turunan Standard Oil saat ini adalah ExxonMobil dan Chevron.
Pada 1933, Arab Saudi memberi izin kepada Socal untuk mencari sumber minyak di wilayah timur kerajaan. Socal kemudian mendirikan perusahaan California Arabian Standard Oil Company (Casoc) untuk menindaklanjuti izin tersebut. Pada 1938, Casoc berhasil menemukan sumber minyak di daerah Dhahran. Penemuan tersebut memberikan perubahan besar bagi perekonomian Arab Saudi. Pada 1939 pecah Perang Dunia II, AS dan sekutunya banyak membeli minyak dari Arab Saudi.
Pada 1944, untuk lebih menonjolkan nama negara AS, kata California dalam Casoc diganti menjadi American. Sehingga Casoc berganti nama menjadi Arabian American Oil Company (Aramco). Pada 1950, raja Arab Saudi (Abdul Aziz) meminta pembagian laba 50/50 atau Aramco akan dinasionalisasi. Aramco kemudian menyetujui permintaan tersebut. Antara 1939 dan 1953, pendapatan minyak dari Arab Saudi meningkat dari 7 juta menjadi lebih dari 200 juta dolar AS.
Pada 1980, pemerintahan raja Khalid membeli sisa saham Aramco sehingga seluruh saham Aramco dimiliki oleh Kerajaan Arab Saudi. Namun mitra-mitra luar negeri Aramco masih mengelola ladang minyak Arab Saudi. Mitra Aramco antara lain adalah Exxon, Socal, Texaco, dan Mobil. Rockefeller memiliki saham di empat perusahaan tersebut. Pada 1988, di masa pemerintahan raja Fahd, Aramco berganti nama menjadi Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco). Saudi Aramco pun mengambil alih pengelolaan ladang minyak dan gas Arab Saudi dari mitra-mitra Aramco.
Nasionalisasi Bukan Tujuan Akhir
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” [QS. Al A’raaf: 96]
Penemuan minyak telah mengubah perekonomian Arab Saudi. Kerajaan yang miskin dan terbelakang tersebut telah berubah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Data pertumbuhan ekonomi Saudi
(“The Political Economy of Saudi Arabia” by Tim Niblock, Monica Malik)
(“The Political Economy of Saudi Arabia” by Tim Niblock, Monica Malik)
Namun perusahaan minyak asing adalah pemilik sejati dari kekuatan ekonomi tersebut. Meskipun sumber minyak berada di Saudi, tetapi pengambilan keputusan berada di New York, Dallas, dan San Francisco. Pekerja Saudi pun menerima upah yang jauh lebih rendah daripada pekerja asing. Perusahaan minyak asing juga tidak terlalu peduli pada masyarakat dan lingkungan di sekitar penambangan minyak. Pola yang mereka lakukan adalah mencari sumber minyak, mengisapnya secepat dan semurah mungkin, lalu meninggalkannya untuk mencari sumber minyak baru. Sehingga sumur-sumur minyak kemudian dibiarkan merusak lingkungan.
Pakar: Wiji Hartono
Sumber:
http://duniatimteng.com/sejarah-arab-saudi-dan-nasionalisasi-aramco/